KALA 1,2,3,4 DALAM PERSALINAN


a. Kala I (Pembukaan)

Menurut Rohani dkk (2011) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan aktif (7 jam) dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam.

Berdasarkan Kunve Friedman, diperhitungkan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Sulasetyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 7).

Menurut Friedmen, fase percepatan memulai fase persalinan dan mengarah ke fase lengkung maksimal adalah waktu ketika pembukaan serviks terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga sampai empat sentimeter sampai sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal kecepatan pembukaan konstanta, rata-rata tiga sentimeter per jam, dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2 sentimeter per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan selama fase lengkung maksimal 5,7 sentimeter per jam. Fase perlambatan adalah fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan pembukaan melambat dan serviks mencapai pembukaan 8 sampai 10 sentimeter sementara penurunan mencapai kecepatan maksimum penurunan rata-rata nulipara adalah 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit 1,0 sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 sentimeter per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per jam (Varney, 2004, hlm. 679).
 
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hal. 75) asuhan-asuhan kebidanan pada kala I yaitu:
  1. Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; 
  2. Pemantauan terus-menerus vital sign; 
  3. Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; 
  4. Pemberian hidrasi bagi pasien; 
  5. Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi; 
  6. Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; 
  7. Memfasilitasi dukungan keluarga.  

b. Kala II (Pengeluaran Janin) 
Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri.Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai rasa ingin mengedan kuat. His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada his. Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi (Wiknjosastro, 1999, hlm.194).

Menurut Wiknjosastro (2008, hlm.77) gejala dan tanda kala II persalinan adalah:
  • Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi; 
  • Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya; 
  • Vulva-vagina dan sfingter ani membuka; 
  • Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah. 

Penatalaksanaan Fisiologis Kala II 
Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi.Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu meneran sesuai dorongan alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran berlangsung. Ibu akan meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai empat kali perkontraksi (Sagady, 1995). Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau valsava manuver. Meneran dengan cara ini berhubungan dengan kejadian menurunnya DJJ dan rendahnya APGAR.

Asuhan Kala II Persalinan 
Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 150) asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut:
  1. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu; 
  2. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin; 
  3. Evaluasi kontinu kemajuan persalinan; 
  4. Perawatan tubuh wanita; 
  5. Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga; 
  6. Persiapan persalinan; 
  7. Penatalaksanaan kelahiran; 
  8. Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan. 

    c. Kala III (Pengeluaran Plasenta) 
    Partus kala III disebut pula kala uri. Kala III ini, seperti dijelaskan tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu: 1) melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus; 2) pengeluaran plasenta dari kavum uteri (Wiknjosastro, 1999, hlm. 198).

    Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hlm. 8) lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut: 
    1. Uterus mulai membentuk bundar; 
    2. Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim; 
    3. Tali pusat bertambah panjang; 
    4. Terjadi perdarahan. 

    Perubahan Fisiologis Kala III 
    Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepass, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina (Rohani dkk, 2011, hlm. 8).

    Penatalaksanaan Fisiologis Kala III 
    Penatalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera setelah lahir bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran bayi, menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta (Varney, 2007, hlm. 827). 

    Menurut Wiknjosastro (2008) langkah pertama penatalaksanaan kala III pelepasan plasenta adalah: 
    1. Mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu.
    2. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase. Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus bekontraksi. 
    3. Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. 
    4. Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. 
    5. Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung. f) Karena selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan keua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terilinmenjadi satu. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban. 

    Asuhan Persalinan Kala III 
    Asuhan kala III persalinan adalah sebagai berikut: 
    1. Memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya;
    2. Lakukan manajemen aktif kala III; 
    3. Pantau kontraksi uterus; 
    4. Berikan dukungan mental pada pasien; 
    5. Berika informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping agar proses pelahiran plasenta lancer; 
    6. Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah (perineum) 
    7.  
       
      d. Kala IV (Observasi) 
      Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil (masase uterus) yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.Lakukan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV (Wiknjosastro, 2008, hlm. 110). 
       
      Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010) kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi 2 jam pertama. 
       
      Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 
      1. Tingkat kesadaran pasien
      2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. 
      3. Kontraksi uterus 
      4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.  

    Asuhan Kala IV Persalinan 
    Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala IV persalinan adalah: 
    • Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. 
    • Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2. 
    • Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. 
    • Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering. 
    • Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman. 
    • Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. 
    • Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI 
    • Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan. 
    • Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi 
      Sumber 
  • Rohani. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika. Sulisetyawati, A. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Varney, H. (2003). 
  • Varney's Midwifery, 4th Ed. (4 ed., Vol. 2). (4, Ed., & L. M. Trisetyati, Trans.) Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 
  • Wiknjosastro, G. H. (2008). Buku Acuan Persalinan Normal (5 ed.). Jakarta: JNP-KR.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

1 Response to "KALA 1,2,3,4 DALAM PERSALINAN"

  1. saya IBU WINDA posisi sekarang di malaysia
    bekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
    setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
    sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
    sempat saya putus asah dan secara kebetulan
    saya buka FB ada seseorng berkomentar
    tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
    melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
    karna di malaysia ada pemasangan
    jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
    saya minta angka sama AKI NAWE
    angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
    terima kasih banyak AKI
    kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
    rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
    bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
    terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
    jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 ATAU KLIK SITUS KAMI PESUGIHAN TAMPA TUMBAL
    tak ada salahnya anda coba
    karna prediksi AKI tidak perna meleset
    saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan

    ReplyDelete

Jual Soal Uji Kompetensi Bidan

Jual Soal Uji Kompetensi Bidan