MODEL PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

Model Pendokumentasian ada 5, yaitu :
  1. POR (Problem Oriented record). Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence Weed tahun 1960 dari Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya oleh perawat. Dalam format aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegritas dengan sistem ini semua tim petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah. Pelaksanaan dari Pendekatan Orientasi Masalah ini (PORS), dapat disamakn dengan membuat satu sebagai bab-bab dari buku-buku tersebut.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem pencatatan ini yaitu :
PORS : Problem Oriented Record, juga dikenal sebagai orientasi pada masalah
POR : Problem Oriented Record
POMR : Problem Oriented Medical Record
PONR : Problem Oriented Nursing Record, yaitu Metode untuk menyusun data pasien yang diatur untuk mengidentifikasikan masalah keperawatan dan medik

Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien.

Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu :
  1. Data Dasar. Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian keperawatan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien 
  2. Daftar Masalah. Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang diberi tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor, berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut. 
  3. Daftar Awal Rencana Asuhan. Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis instruksinya, sedang perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan. 
  4. Catatan Perkembangan (Progress Notes). Progress Notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap – tiap masalah yang telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama.
Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain :
  1. SOAP (Subyektif data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan)
  2. SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi)
  3. PIE (Problem – Intervensi – Evaluasi)
Keuntungan
  1. Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien dan proses penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi
  2. Pencatatan tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan
  3. Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat. Data disusun berdasrakan masalah yang spesifik
  4. Daftar masalah merupakan “checklist” untuk diagnosa keperawatan dan untuk masalah klien. Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan perawat untuk suatu perhatian
  5. Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan keperawatan
Kerugian
  1. Penekanan pada hanya berdasarkan amalah, penyakit dan ketidak mampuan dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negatif
  2. Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan tindakan atau timbulnya masalah yang baru
  3. Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah
  4. SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat
  5. Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet untuk pencatatan tidak tersedia
  6. P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan keperawatan
2) SOR (Source Oriented record)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatn masing-masing.

Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen, yaitu :
  1. Lembar penerimaan berisi biodata
  2. Lembar order dokter
  3. Riwayat medik/penyakit
  4. Catatan perawat
  5. Catatan dan laporan khusus
Keuntungan :
  1. Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi
  2. Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi akan dicatat
  3. Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan, intervensi dan respon klien atau hasil
Kerugian :
  1. Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi karena tidak berdasarkan urutan waktu
  2. Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya, tanpa harus mengulang pada awal
  3. Superficial pencatatan tanpa data yang jelas
  4. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien
  5. Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak
  6. Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa
  7. Perkembangan klien sulit di monitor
3) CBE (Charting By Exeption)
CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar.

Keuntungan CBE yaitu
mengurangi penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan langsung pada klien, lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari data yang penting, pencatatan langsung ketika memberikan asuhan, pengkajian yang terstandar, meningkatkan komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan lebih murah.

CBE mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu :
  1. Lembar alur (flowsheet)
  2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik
  3. Formulir diletakkan di tempat tidur klien sehingga dapat segera digunakan untuk pencatatan dan tidak perlu memindahlan data
Keuntungan :
  1. Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi
  2. Data yang tidak normal nampak jelas
  3. Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami
  4. Data normal atau respon yang diharapkan tidak menganggu informasi lain
  5. Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan
  6. Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi
  7. Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya
  8. Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien
  9. Jumlah halaman lebuh sedikit digunakan dalam dokumentasi
  10. Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen
Kerugian
  1. Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada “checklist”
  2. Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada
  3. Pencatatan rutin sering diabaikan
  4. Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan
  5. Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain
  6. Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian
Pedoman Penulisan CBE
  1. Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanen
  2. Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakit dan menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa keperawatan
  3. Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat klien pulang
  4. SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi melalui tempat tinggal klien
  5. Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan
  6. Kartu KARDEKS dan rencana tindakan dikembangkan setiap klien
4) Kardeks
Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang disimpan pada indeks file yang dapat dengan mudah dipindahkan yang berisikan informasi yang diperlukan untuk asuhan setiap hari. Informasi yang terdapat dalam kardeks meliputi : data demografi dasar, diagnosis medik utama, instruksi dokter terakhir yang harus dilaksanakan perawat, rencana asuhan keperawatan tertulis 9digunakan jika rencana formal tidak ditemukan dalam catatan klien), instruksi keperawatan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan, tindak pencegahan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan serta faktor yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari. Karena sering ditulis dengan pensil kecuali jika kardeks digunakan sebagai bagian permanen dari catatan klien.

Potter dan Perry (1989) menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu : rencana asuhan ditulis ketika perawat :
  1. Membahas tentang masalah kebutuhan klien
  2. Melakukan rode setelah identifikasi atau peninjauan masalah klien
  3. Setelah diskusi dengan anggota tim kesehatan lain yang bertanggung jawab terhadap klien
  4. Setelah berinteraksi dengan klien dan keluarganya
Dalam kardeks harus ditulis tentang data pengkajian keperawatan yang berhubungan diagnostik, instruksi (observasi yang harus dilakukan, prosedur terkait dengan pemulihan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, cara khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan tindakan keperawatan, melibatkan keluarga dan perencanaan pulang serta hasil yang diharapkan.

Keuntungan menggunakan sistem kardeks
karena memungkinkan mengkomunikasikan informasi yang berguna kepada sesama anggota tim keperawatan tentang kebutuhan unik klien terkait, diit, cara melakukan tindakan penanggulangan, cara meningkatkan peran serta klien atau waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan keperwatan tertentu.

Kelemahan dari sistem kardeks, yaitu
informasi dalam kardeks hanya terbatas untuk tim keperawatan saja dan tidak cukup tempat untuk menulis rencana keperawatan bagi klien dengan banyak masalah.

5) Komputerisasi
Sistem dokumentasi dengan menggunakan komputer sudah makin luas digunakan di Rumah sakit dan instruksi pelayanan kesehatan terutama di negara yang telah berkembang. Perawat adalah pemakai utama sistem yang mengintegrasikan semua sumber informasi ini, serta memungkinkan semua tenaga kesehatan untuk dapat menggunakan informasi tersebut.
Keuntungan menggunakan sistem dokumentasi dengan komputer antara lain memudahkan perawat merencanakan asuhan keperawatan, dapat mengevaluasi dan memperbarui informasi setiap saat, memanggil data yang sesuai dengan diagnosis keperawatan tertentu, serta mengurangi penggunaan berbagai flowsheet. Hanya kelemahan dari sistem dokumentasi dengan menggunakan komputer adalah dalam menjaga kerhasiaan informasi klien. Karena makin mudah menggunakan komputer, makin mudah pula untuk menyalahgunakan.

Sumber:
1. Kusnadi, Dadang, , Dokumentasi Catatan Medik Rumah Sakit, Rumah sakit Budi Mulia.
2. lawintano, Laurensia, 2000, Dokumentasi Kebidanan, Jakarta; St. Carolus.
3. http://infobidanfitri.blogspot.com/

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "MODEL PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN"

Post a Comment

Jual Soal Uji Kompetensi Bidan

Jual Soal Uji Kompetensi Bidan