Penggunaan antibiotik secara aman perlu diketahui oleh dokter dan juga bidan dalam mengambil keputusan untuk menangani ibu hamil. Karena ada jenis antibiotik yang tidak aman buat ibu dan bayi yang dikandungnya.
Dalam upaya pengendalian infeksi ada 2 jenis terapi antibiotika yaitu :
1. terapi profilaksis yang digunakan pada keadaan ;
a. Antibiotik sebelum ada gejala infeksi
b. Antibiotika sebelum mikroorganisme teridentifikasi.
2. Terapi Definitif yaitu ;
Pemberian terapi antibiotika rasional ditujukan langsung terhadap jenis mikroorganisme tertentu yang diidentifikasi melalui apusan langsung atau biakan.
Menurut jenis antibiotika yang diberikan, terapi antibiotika digolongkan menjadi :
a)Terapi antibiotika tunggal yang efektif untuk mengendalikan , menghilangkan mikroorganisme penyebab infeksi seperti :Golongan Penisilin, sefalosporin, aminoglikoside, kloramfenicol, macrolid, tetrasiklin, klindamisin, metronidazole, kuinolon
Mekanisme kerja :
1.Merubah struktur dan fungsi dinding sel bakteri
2.Merintangi replikasi genetic.
3.Melemahkan sintesa protein.
4.Membantu fungsi membran sel.
5.Mencegah sintesa asam folat.
b) Antibiotika kombinasi
Diberikan apabila mikrorganisme penyebab tidak diketahui sedangkan penderita memerlukan terapi segera. Untuk ibu hamil aman dan tidak menyebabkan kelainan janin.
Keuntungan terapi kombinasi
1.Pengobatan segera oleh karena penyebab tidak segera diketahui.
2.Mengobati infeksi ganda.
3.Mencegah resistensi.
4.Sinergisme dimana hasil terapi lebih baik. Seperti Kotrimoksazole yang terdiri dari trimethtropin dan sulfametoksazole, penisilin dengan gentamisin dan klindamisis, dll.
Kerugiannya :
1.antagonis dimana campuran kurang sebanding dengan aktifitas antibiotika masing-masing seperti ampisilin dengan kloramphenicol, penicillin dengan eritromisin.
2.Sembuh semu yang hanya menekan infeksi sementara.
3.Toksisitas obat meningkat oleh karena reaksi toksik.
4.Supra infeksi yaitu pertumbuhan spesies resisten terhadap antibiotika.
5.Meningkatnya biaya terapi.
Pertimbangan dalam pemberian obat
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat pada ibu hamil adalah:
(1) Keamanan: meski ada obat lain yang efektivitasnya lebih baik, tapi jika keamanannya bagi ibu hamil belum diketahui, lebih baik tidak diberikan.
(2) Dosis: pada awalnya pemberian obat harus dalam dosis rendah. Jika perlu, penambahan dosis diberikan sedikit demi sedikit sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
(3) Durasi pemberian: jika tidak diperlukan sekali, pemberian obat tidak boleh terlalu lama. Sampai akhirnya, pemberian bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi keselamatan ibu dan bayinya.
(4) Selain ketiga hal tersebut, Yanto masih menambahkan jenis dan cara kerja obat sebagai bahan pertimbangan sebelum diberikan kepada ibu hamil.
Jenis antibiotika
Obat kategori A
Obat/bahan obat yang berdasarkan penelitian (pada manusia) tidak menunjukkan terjadinya risiko terhadap janin. Beberapa jenis vitamin dan multivitamin yang diberikan semasa hamil termasuk dalam kategori ini kecuali "megavitamins". Diantaranya juga Nystatin vaginal (mycostatin atau obat anti jamur)
Kategori B
Obat/bahan obat yang tidak menunjukkan risiko pada janin tapi belum/tidak ada penelitian yang memadai pada manusia. Efek tak diharapkan dapat diperlihatkan pada binatang percobaan, tetapi belum bisa dibuktikan pada manusia. Obat dalam jenis ini kemungkinan aman. Karena belum diketahui komplikasi kehamilan atau cacat pada janin yang dikandung. Diantaranya adalah:
1. Amoxillin
2. Ampicillin
3. Augmentin
4. Dicloxillin
5. Macrobid (nitrofurantoin)
6. Flagil (metronidazole) dan masih kontroversi pada trimester I
7. Cephalosphorin termasuk: Keflex (chephalexin), Ceclor (cefaclor), duricefs (cefadroxil)
8. Cleocin (Clindamycin)
9. Erytromycin
10. Zithromax
11. Famvir (Famciclovir)
12. Zovirax (acyclovir)
13. Valtrex (Valacyclovir)
14. Clotrimazole vaginal (Mycelex-lotrimin)
Kategori C
Belum ada penelitian yang adekuat pada manusia maupun binatang percobaan. Atau telah dijumpai efek merugikan pada binatang, tetapi tidak diperoleh data yang cukup meyakinkan/valid pada manusia. Kebanyakan obat atau bahan lainnya yang sering diminum selama kehamilan sekarang.
Termasuk dalam kategori ini:
1. Bactrim
2. Trimetoprim
3. Biaxin (Clarithromycin)
4. Cipro (ciproprolaxacin)
5. Diflucan (fluconazole)
6. Minostat (miconazole)
7. Terazol (terconazole)
8. Isoniazid
9. Rifamfin
10. Vermex (mebendazole)
11. Tetanus Booster (tetanus Toxoid)
12. Vaksin: Hepatitis A, hepatitis B, influenza, meningococcus, pneumonia, polio.
13. Vaksin cacar, mumps, rubella
Kategori D
telah ditemukan bukti-bukti adanya risiko bagi janin, obat ini hanya digunakan bila tidak didapati obat pengganti lainnya.
Diantaranya:
1. Tetracyclin dan turunannya: tetracyclin, doxicyclin (vibramycin), minocin (minocyclin)
Dapat menyebabkan perubahan warna gigi bayi.
2. Golongan sulfa: jika mendekati persalinan (karena dapat menyebabkan kuning yang berat pada bayi baru lahir).
Kategori X
Risiko obat/bahan obat pada janin jauh lebih besar dibanding keuntungannya. Dengan kata lain, obat dalam kategori ini tidak boleh diberikan selama kehamilan (istilahnya: kontraindikasi mutlak). Contohnya adalah sejenis obat untuk jerawat yang dikenal sebagai isotretinoin, yang dapat menyebabkan kelainan multipel pada sistem saraf, wajah, maupun kardiovaskuler.
Prinsip menggunakan obat kala hamil
1. Pertimbangkan mengatasi penyakit tanpa menggunakan obat, terutama pada 3 bulan pertama kehamilan.
2. Obat hanya digunakan bila manfaat yang diperoleh ibu lebih besar dibandingkan kemungkinan risiko yang bakal terjadi pada janin.
3. Apabila harus menggunakan obat, pilihlah obat yang telah dikenal secara luas. Hindarilah penggunaan obat yang baru beredar karena belum cukup waktu untuk mengetahui keamanannya.
4. Hindari penggunaan obat polifarmasi – menelan berjenis-jenis obat (4 jenis lebih)
5. Informasi lebih lengkap dapat dilihat di buku-buku indeks obat-obatan yang mencantumkan risiko bagi ibu hamil.
Sumber
apotekputer.com
www.drdidispog.com
berbagai sumber
0 Response to "OBAT YANG AMAN SELAMA KEHAMILAN"
Post a Comment