“Jam 8 pagi bu.....!!!!” pekik anne. Diliriknya jam di dinding kamarnya, paduan jarum panjang dan pendek menunjukkan pukul 5.30 pagi. Anne gusar...
“Bu...nggak bisa, kami masih harus kerja bakti sampai jam 9 pagi” anne berbohong, jam segitu teman-temannya masih berkeliaran di sekitar asrama, anne tidak mau menjadi bahan olok-olokan temannya, terutama maya. Meskipun maya sudah berikrar akan meninggalkan asrama tepat jam 8 pagi hari ini.
“Baik bu, jam sepuluh ya...” Anne lega....akhirnya perdebatan kecil itu mencapai kata sepakat juga.
Secepatnya anne turun dari tempat tidurnya dan meraih kunci kamarnya, dilihatnya beberapa temannya yang membuka mata...tapi enggan beranjak. Anne melangkah secepatnya , tujuan utama anne adalah ke kamar kandita...
“Dita.....!!!!!” jerit anne di telinganya. Dita menggeliat, selimutnya ditarik lebih dalam lagi.
“Bangun..!!!!” anne menarik tangan dita....lebih tepat hampir menyeretnya.
“awww....” Kandita meringis, badannya nyaris menyentuh lantai kamarnya.
“ Dit, dia mau datang jam 10 pagi....” beber anne.
“kenapa nggak dateng jam 7 pagi saja sekalian...” sahut kandita malas, punggung tangannya mengucek-ucek matanya. Anne menutup hidungnya tatkala kandita menguap panjang..
“ Tadinya mau dateng jam 8 pagi, tapi aku cegah....” urai anne..tangannya cekatan melipat selimut kandita.
“ Kita ngumpul di kamarku jam 9 ya....maya katanya mau pergi dengan pacar barunya jam 8 pagi....”
Anne mulai melanjutkan perjalanannya menuju sasaran selanjutnya...puja. Kandita kembali meletakkan badannya di tempat tidur empuknya..dan mulai tidak sadarkan diri lagi.
Baju biru muda dengan jilbab senada dengan motif bunga menghias wajah anne, tampak sangat manis dan serasi. Sudah hampir satu jam mereka berkumpul di ruangan itu...dan berkutat dengan kegelisahan anne...Jam menunjukkan pukul 10 tepat. Tapi mereka sepakat memastikan kehadiran pria itu paling tidak 30 menit setelahnya.
“Mbak anne..., ada yang cari, di ruang tamu..” sebuah wajah menyembul di antara daun pintu kamar anne.
“ Siapa? Laki-laki atau perempuan? Trus wajahnya gimana...?” desak puja.
“Nggak tau.....” wajah yunior mereka pucat. Tiga detik kemudian ia sudah berlalu dari hadapan mereka sebelum puja sempat memberondongnya dengan berbagai pertanyaan lagi.
“Aduh, gimana dong dit......??” anne gelisah, keringat dingin membasahi punggung dan tangannya. Bola matanya mencari-cari mata dita seakan meminta pertolongan...
“Sesuai dengan rencana, puja yang menemui pertama kali....” Kandita melirik ke arah puja yang masih merapikan riasannya, rambutnya juga tidak luput dari perhatian puja.
“Hey....ada yang mau menggunting dalam lipatan nih.....” sindir kandita melihat gelagat kegenitan puja yang seakan tiada habisnya. Puja masih sempat merapikan pakaiannya, blus pink muda dengan rok pink tua melekat manis di kulitnya. Puja nyengir saat melihat dua sahabatnya itu memperhatikan gerak-geriknya.
“Hee....jangan takut anne, aku bukanlah pagar makan tanaman, sekedar antisipasi saja mana tau ada temennya.......” puja nyengir...sebelum gemuruh dan petir suara kandita menggelegar, puja segera keluar dari kamar seraya berlari kecil menyusuri tapak demi tapak jalan menuju ruang tamu utama.
Puja melangkah mendekati ruangan khusus yang diperuntukkan untuk menerima tamu bila waktu pesiar tiba, ruangan dibuat senyaman mungkin, letaknya tepat berada di sebelah ruangan belajar di kampusnya. Tidak terlalu jauh dari asrama mereka.
Puja memasukkan kepalanya 2 centi di pintu paling belakang dekat toilet. Sengaja puja memantau pria itu dari posisi paling belakang...tapi tidak melihat se sosok manusiapun di dalam ruangan itu. Puja tidak sabar, matanya mencari ke segala arah, tidak ditemukan sosok pria yang ada di bayangan puja. Dalam skenario kemarin malam, pria itu digambarkan sebagai seseorang yang rapi memakai kemeja, tinggi, sedikit bejambang, kebapakan, bahasanya sopan dan berwajah cerdas. Tapi mengapa tidak ada pria seperti itu...puja bingung.
“ehm.......” puja terkesiap saat kupingnya menangkap sebuah suara...Suara itu berada cukup dekat. Segera puja membalikkan badannya, sebuah sosok pria berkulit coklat dengan kaos oblong bertuliskan handsome boy....”narsis banget” puja membatin mencoba mengukir senyum padanya. Ini pasti bukan pria yang dicarinya, barangkali supirnya...lagi-lagi puja memainkan pikirannya. Wajah pria itu sangat mencerminkan kedewasaan, malah tampak bermuka tua, bentuk senyumnya juga aneh...tidak ada jambang. Tidak terlalu tinggi, dan agak berlebihan lemak tubuh, terutama di sekitar perut ........sama sekali jauh dari bayangan.
“eh ya....maaf....” puja menggeserkan badannya, memberi ruang pada pria itu untuk kembali masuk ke ruangan, maklum separuh tubuh puja menghalangi pintu ber cat biru itu. Pria itu melangkahkan kakinya menuju sebuah kursi. Letaknya paling depan. Wajahnya tampak sangat tenang, dan penuh percaya diri seakan tanpa keraguan, puja menunggu beberapa saat barangkali pangerannya anne akan menyusul masuk ke dalam ruangan ini.
“Mbak, itu yang cari mbak anne...” puja terkesiap sebuah bisikan mampir di telinganya. Puja mengendus sosok yuniornya tadi yang tiba-tiba muncul di sisinya...
“Nggak ada yang lain???” bisik puja. Si yunior menggeleng.....ia bertugas piket hari ini. Seluruh tamu yang berkunjung pasti melewatinya terlebih dahulu.
Puja masih tidak yakin dengan pria yang berada beberapa langkah di depannya. Kakinya seakan tertanam tidak sanggup bergerak, padahal tinggal beberapa langkah lagi dirinya berada di hadapan pria itu.
“ ehm...maaf...pak, eh..mas...mau bertemu siapa?” tanya puja akhirnya.
“kamu anne...?” todong pria itu. Matanya tepat menatap puja...
“bu..bukan...!” jawab puja cepat.
“Mas cari anne...?” puja memastikan..
“Iya....saya Handoko, apakah anne ada?” tanya pria itu sopan. Puja nyengir....matanya meneliti setiap inci sosok pria itu..
“Ada yang aneh...” tanya handoko. Seraya matanya juga meneliti bagian tubuhnya yang mengganggu pandangan.
“Oh..nggak...!!” tukas puja cepat.
“Bapak...eh..mas..dengan orang lain barangkali....” sambung puja lagi seraya berusaha mencari seseorang di sekitar mereka.
“Saya sendiri...” Jawab handoko menegaskan.
“Tunggu sebentar ya mas...saya akan memanggil anne...” pamit puja segera.
Dengan nafas tersengal-sengal, puja menerobos pintu kamar anne....disambut dengan keterkejutan anne dan kandita yang juga menyiratkan wajah penasaran. Puja mengatur nafasnya....
“Gimana puja....” desak anne, wanita itu diliputi rasa mencekam yang teramat sangat. Untuk pertama kali di dalam hidupnya seorang pria datang untuknya.. Ini merupakan peristiwa bersejarah.
“ Di ruang tamu....” jawab puja terengah-engah sambil menyeruput air putih yang disodorkan kandita.
“ Iya....orangnya gimana...:” tanya anne lagi.
“ Cakep.........!” puja tidak sanggup menyampaikan apa yang baru saja dilihatnya...
“Maksud kamu...?” tanya kandita.
“ Ya....gitu deh....” jawab puja samar...
“ Puja......” rengek anne menuntut penjelasan yang lebih rinci.
“ Jelasin deh puja...bagaimanapun bentuknya....!” kandita ikut mendesaknya.
“Orangnya pendek, perutnya buncit, senyumnya aneh, pakai kaos oblong bertuliskan
'handsome boy', dan pakai jeans biru wajahnya biasa....” jelas puja sejujur-jujurnya....matanya mencermati kedua sahabatnya terutama anne.
Keheningan sesaat tiba-tiba pecah dengan tawa kandita yang lepas, wanita tomboy itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tapi tiba-tiba terhenti saat melihat wajah anne berubah merah bak kepiting rebus.
“Aku nggak mau ketemu.....” tukas anne.
bersambung..
Tolong dong bertahun2 SDH nunggu part 9
ReplyDelete