Diantara mereka berempat, anne yang paling tidak bisa ditebak isi hatinya. Rekam jejaknya dengan pria selama ini juga tidak pernah terungkap, apalagi tertangkap kamera pengintai ketiga sahabatnya. Tapi getar asmaranya sempat terbaca oleh puja, kala itu anne tampak sangat antusias meceritakan perihal diko, matanya menyala-nyala penuh gairah. Diko, katanya adalah sosok yang penuh wawasan dan sangat menarik.
Anne memang menyukai pria-pria pintar secara akademis, mungkin karena dia juga punya otak yang cemerlang. Tapi sayang diko memilih maya........hidup memang kejam..........
Sekejam hari ini..........
“Hari ini ujian...............” jerit sebuah suara yang gaungnya sedemikian jelas menembus dinding kamar asrama. Masih jam 6.30 pagi, tapi informasi yang terdengar ganjil memancing reaksi sebagian besar mahasiswa di asrama itu, membuat suasana menjadi kacau....semua mahasiswa berlomba untuk melewati pintu kamar terlebih dahulu , tujuannya hanya satu....memastikan berita yang baru saja dikumandangkan.
“Hey.........ujian apa?” tanya kandita, tangannya mencegah langkah sahabatnya, gita namanya.
“Askeb 5.........jam 8 pagi ini....” jawabnya terengah-engah.
“Bukannya lusa....................” tanya kandita, dan diamini oleh suara-suara yang lain.
“Lusa bu yola pelatihan di luar kota.....” jelasnya. Gita menyerahkan kertas yang berisi pesan dari ibu asrama sebagai bukti fisik bahwa informasi ini benar adanya.
“Siapa yang kasi info.....” tanya kiki, sahabat kandita satu kamar, yang masih berada di singgasananya alias di tempat tidur paling atas.
“Ibu asrama......barusan di telpon bu yola....!”, putus gita. Gita menarik kertas itu dari tangan kandita dan mempercepat langkahnya menuju kamar yang letaknya paling sudut. Kegaduhan terus berlanjut, teriakan terjadi dimana-mana. Bagai kerasukan setan masing-masing mahasiswa sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ada yang membuka buku, ada yang duduk termenung...tapi mayoritas mereka hanya berceracau serta membahas info tadi berulang-ulang saling sahut menyahut.....sedikit terdengar menyumpah dan mengutuk.....
Sementara Kandita segera bergegas mengganti piyamanya dengan seragam putihnya. Kandita memang terkenal paling cepat sampai di kelas, terutama pada saat ujian. Tugasnya hanya meletakkan buku di masing-masing kursi incarannya. Biasanya kandita tepat meletakkan 4 buah buku, dengan tokoh sentral anne yang diletakkan di tempat strategis. Lagi-lagi posisi yang menentukan prestasi. Semua orang tidak mau mati konyol pada saat ujian. kandita ahlinya menyusun strategi dan itu disebutnya sebuah kepintaran yang lain.
“Kandita...aaaaaaa....aaaaaa....” teriak puja dari ujung kamarnya. Piyama bercorak bunga matahari kuning melindungi kulitnya yang kuning langsat. Rambutnya masih acak-acakan, kelihatan baru bangun tidur..matanya terlihat segaris..
“Cariin tempat duduk yang deket kamu ya....” tangannya masih memegang sikat gigi dan sabun. Mereka terpisah dua kamar. Sementara anne dan maya berada di kamar yang paling ujung......
“Kok cepet banget sih, nggak mandi lagi ya....” ejek puja sambil nyengir...
“Cepetan....!” jawab kandita. Tangannya mengepalkan tinju ke arah puja. Sejak peristiwa riski lalu, kandita tidak lagi pernah lupa mandi kalau sedang kuliah, kejadian itu benar-benar mengusik rasa malunya. Kandita bertekad tidak akan menegur riski selama seminggu dinas di ruang bersalin, meski riski sering menggodanya dengan canda-canda garing......Ia melangkah cepat, kalaupun ruangan kelas belum di buka ia bersedia mengambil kunci di ruang ibu asrama dan membukakannya..dengan satu tujuan..tiba pertama kali dan misinya beres.
“Senjata kamu apa hari ini...” kandita menodong puja sambil melotot. Puja tersenyum penuh arti, sambil tangannya memegang tempat pensilnya.
“Ada deh, sudah aku persiapkan sejak 3 hari yang lalu.......” jawab puja dengan mimik lucu, seakan sudah siap tempur hari ini. Sebagian besar mahasiswa yang masih berada di semester 4 itu menduduki posisinya masing-masing. Hanya beberapa orang saja yang kelihatan mondar-mandir melihat situasi.
“Bu karina......!!!” pekik dora kencang yang tiba-tiba masuk kelas. Dari kejauhan terlihat bu Karina berjalan cepat menuju kelas.. Bu karina terkenal tanpa ampun bila mengawas mahasiswa ujian, sedikit saja gerakan yang mencurigakan sudah memancing reaksinya. Masih muda memang, baru 2 tahun tamat dari pendidikan strata D4, tapi luar biasa galaknya.
“Kayanya bakal kiamat hari ini......”bisik puja sambil melirik kandita yang berjarak satu meter di sebelahnya. Puja mengamati perilaku kandita yang terlihat tanpa beban, tangannya menuliskan sesuatu di sebuah kertas berukuran mini...
“Sssttt......” maya yang berada di belakang kandita juga bereaksi... Puja memperhatikan anne yang tampak sangat tenang sekali. Anne adalah sosok teman yang baik, suka memberi, dan suka menabung....tapi kalau sedang menghadapi situasi ujian, kebaikannya seakan menguap. Cenderung pelit dalam berbagi jawaban soal-soal ujian. Bicara soal prestasi akademis, anne jagoannya....wanita manis memakai jilbab itu selalu mendapatkan peringkat 1 di kelasnya..bahkan beasiswa penuh selalu menjadi haknya. Posisi anne tepat di belakang puja...
Suasana hening saat bu karina memasuki ruangan kelas. Langkahnya pasti. Matanya menyapu seluruh sisi kelas....sejenak wanita bertubuh tinggi semampai itu berjalan diantara lorong-lorong kursi berbaris tiga yang tersusun rapi. Pandangannya mengarah tepat ke arah buku-buku yang berserakan di bawah kursi. Selama beberapa detik bu karina berada di barisan kursi paling belakang...membuat mahasiswa salah tingkah.
“buku semua diletakkan di luar....” perintah bu karina disambut teriakan lemah sebahagian besar mahasiswa...yang ntah kenapa bisa dengan kompak menyebutkan salah satu huruf vokal UUUUU yang berkepanjangan.
Kertas dibagikan ke masing-masing mahasiswa......100 soal pilihan ganda, waktu satu jam. Puja melirik ke tiga sahabatnya. Kandita masih tampak tenang, pasti dia mempersiapkan sesuatu..karena mustahil kandita belajar tadi malam..mereka berdua adalah fans berat belajar semalam sebelum ujian. Sementara anne terlihat sangat santai, tapi kalau sudah berjalan ujian...keningnya sering berkerut, mungkin biar disangka yang lain dia juga berfikir keras. Sedang maya, cukup pintar tapi malas belajar, dengan kepintarannya bersilat lidah jawaban bisa dengan mudah di dapatnya. Pasti sedikit diiming-imingi sesuatu, maklum maya berasal dari keluarga lumayan....
Anne tidak bergeming meski puja berkali-kali mendesiskan namanya. Anne sibuk dengan hapalannya dan mencoba mencocokkan apa yang dipikirannya dengan lembar jawaban soal. Puja mengalihkan pandangannya ke arah kandita yang dengan sengaja mengarahkan lembar jawabannya agar bisa terlihat puja. Memang cuma kandita yang bisa diharapkan, bathin puja. Tapi sudah 30 menit berlalu, baru 30 soal yang mampu dijawab puja..waktu berjalan sedemikian cepat..detaknya nyaris terdengar. Keributan kecil terjadi dimana-mana. Kegelisahan merasuki sebagian besar mahasiswa.
“Hey.....puja, lama-lama kepala kamu patah.......kalau lihat ke samping dan belakang terus....!” bentak bu karina, kontan membuat seisi kelas terdiam. Puja tertunduk.....tidak berani menatap bu karina, tapi dalam keadaan tertundukpun puja masih sempat melirik lembar jawaban kandita dari sudut matanya. Merasa tidak ada kesempatan melirik kiri dan kanan, perlahan ia mulai mengeluarkan senjata rahasianya dari kotak pensilnya. Sebuah catatan kecil tertulis rapi...secepatnya puja meremas kertas kecil itu dan menyelipkannya di kantongnya. Sedemikian asyik puja dengan catatannya sampai ia tidak menyadari ada yang mengamatinya dari jarak 20 meter.
“Eh, bu karina....”puja meringis ....wajah bu karina sekarang berada tepat di depan puja. Tangannya meraih kotak pensil puja, dibukanya dan dikeluarkannya catatan kecil berbagai bentuk. Lipatannya rapi sekali....
“di kantong kamu....” perintah bu karina. Puja enggan merogoh kantong seragamnya sampai bu karina berusaha mengambil sesuatu...dikeluarkannya catatan kecil...
“yang kamu duduki....” tanya bu karina lagi...... dan lagi sebuah catatan kecil yang sudah kusut disana...Puja memandang teman-temannya yang pura-pura sedang mengerjakan soal meski ada senyum di sudut bibir mereka. Terutama kandita yang berada di samping puja, senyumnya tertahan....
“Kamu pindah ke depan.......” putus bu karina.
“Tapi bu, saya tidak bisa berpisah dari kandita...........kami kembar bu...!” mohon puja.
“kembar darimana.......dari hongkong!!!” mata bu karina melotot, segera bu karina memaksa puja pindah tempat.
“Masih untung kamu tidak saya keluarkan dari ruangan ini....” mata bu karina seakan mengunci bibir puja. ..
bersambung...
0 Response to "DIARY BIDAN MENCARI CINTA (4)"
Post a Comment