HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Susan B.
Wilson, M.D.
Lebih
dari setengah wanita yang mengandung mengalami mual dan muntah selama 12 sampai
18 minggu pertama kehamilanya. Hampir tiga perempat primigravida terkena. Pada
sebagian besar kasus, hidrasi dan nutrisi dapat dipelihara dengan cara
simptomatik dan penyesuaian diet sampai manifestasi yang tidak menyenangkan
tersebut pada kehamilan dini menghilang. Kurang dari 2 persen pengalaman
hipermesis gravidarum sesungguhnya tidak responsif terhadap tindakan supotif
dan di tandai dengan dehidrasi yang progresif, ketonuria, takikardia, dan penurunan berat badan. Hal ini
biasanya lebih sering terjadi pada remaja, primigravida, wanita obese, dan
bukan perokok. Jarang terjadi komplikasi yang benar-benar serius, jika keadaan
dikenali dan diatasi dengan agresif. Jika terjadi muntah yang persisten yang diabaikan atau pengobatan
tidak efektif, dapat menyebabkan erosi
mukosa esofagus bahkan sampai terjadi ruptur, juga pecahnya varises esofagus, pembentukan
abses mediastinal atau pneumonitis aspirasi.
Hiperemesis
gravidarum terjadi lebih sering pada kehamilan ganda dan mola hidatiformis dari
pada kehamilan tanpa komplikasi lainnya. Masalah yang meyerupai, seperti
hipertiroidisme, hepatitis, ulkus lambung atau duodenum, kolelitiasis, hiatus hernia, penyakit
peradangan usus, karsinoma lambung, pielonefritis,
gastroenteritis, obstruksi usus, pankreatitis, diabetik ketoasidosis, dan tumor
sistem saraf pusat, harus disingkirkan juga dengan alkoholisme serta gaangguan
emosional.
Tentukan
frekuensi muntah dan carilah mengenai diet, stres, dan dukungan secara terinci. Riwayat
oliguria adalah tanda dehidrasi. Pemeriksaan fisik harus mencari tanda-tanda
keadaan patologis yang munkin merupakan penyebab atau yang memperberat. Nilailah
keadaan dehidrasi (pada turgor kulit dan membran mukosa yang kering),
ketoasidosis, pertumbuhan rahim, dan keadaan janin. Ultrasonografi dapat
menemukan penyakit kandung empedu, hidronefrosis. Mola, atau kehamilan ganda.
Sebagian
besar pasien berespon baik dengan modifikasi diet, seperti pola makan yang sering. Mereka
biasanya mentoleransi makanan lunak, kering, dan tidak berlemak dengan baik.
Penjelasan dan dukungan simpatik adalah diperlukan. Hipnosis telah dilaporkan
berhasil dalam menekan gejala-gejala setelah satu sampai tiga kali pada
sebagian besar pasien yang reseptif. Hindarkan penggunakan antiemetik, kecuali
gejala-gejalanya jelas memerlukan obat tersebut, karena secara teoritis akan
mempunyai risiko terhadap janin (sejauh ini belum dibuktikan).
Untuk
gravida dengan dehidrasi dan ketonuria derajat ringan, pengobatan rawat jalan
dengan hidrasi intravena dan antemetik harus dicoba lebih dahulu. Risiko tiap
obat yang digunakan pada kehamilan harus dipertimbangkan dengan cermat terhadap
manfaatnya. Doxylamine succinate, meclizine, promethazine, atau
prochlorperazine dapat dipertimbangkan karena hanya dilaporkan sedikit
pengaruhi pada janin walaupun telah digunakan secara luas selama
bertahun-tahun. Namun demikian, penggunaan obat-obat tersebut harus dibatasi
untuk kasus dimana obat tersebut diindikasikan dengan jelas.
Hiperemesis
gravidarum yang berat memerlukan pengawasan berkala yang ketat pada kadar
elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan
ginjal, serta keseimbangan asam basa. Tes fungsi tiroid diindikasikan juga. Kematian telah terjadi sebagai akibat
kerusakan ginjal dan hati. Ensefalopati Wernicke dapat timbul sekunder karena
defisiensi tiamin.
Perawatan
dirumah sakit adalah termasuk penatalaksanaan agresif dengan penggantian
cairan, glukosa, elektrolit, dan vitamin secara intravena untuk memperbaiki
ketoasidosis, dehidrasi, dan defisiensi nutrisi. Asupan oral awalnya dibatasi.
Penyedotan nasogastrik dan obat antiemetik mungkin diperlukan. Selanjutnya diikuti dengan peningkatan asupan
oral secara bertahap. Konsultasi dan
perawatan psikiatrik mungkin diperlukan.
Mebatasi pengunjung telah dilakukan jika hubungan interpersonal tampaknya
sebagai penyebab atau memperberat keadaan.
Hiperalimentasi
telah digunakan dengan berhasil untuk
mengobati hiperemesis gravidarum. Cara ini harus dicoba sebelum mempertimbangkan
terminasi kehamilan. Tetapi, induksi abortus mungkin diperlukan, sebagai
tindakan yang menyelamatkan kehidupan (life-saving) pada gravida dengan
hiperemesis yang tidak menyembuh yang tidak berespons terhadap regimen rumah
sakit yang paling agresif.
Kepustakaan
Dozeman
R, kaiser FE, Cass O, Pries J. hyperthyroidism appearing as hyperemesis
gravidarum. Arc Intem
Med
143:2202, 1983.
Klebanoff
MA, Koslowe PA, kasiow R, et al. epidemiology of vomiting in early pregnancy.
Obstet Gynecol
66:612,
1985.
Raybum
W, Wolk R, Mercer N, Roberts J. Parenteral nutrition in obstetrics and
gynecology. Obstet Gynecol
Surv
41:200, 1986.
Schulman
PK. Hyperemesis gravidarum: An approach to the nutritional aspects of care. J
Am Diet Assoc
80:577,
1982.
0 Response to "HIPEREMESIS GRAVIDARUM"
Post a Comment