KEHAMILAN DENGAN TUBERKULOSIS
Jerold M.
Carlson, M.D.,M.P.H
Selama bertahun-tahun, insidensi
tuberculosis dipercaya menurun terus sampai titik yang akan menghilang, dibantu
dengan regimen pengobatan yang efektif. Tetapi,akhir-akhir ini, terdapat
peningkatan kasus yang ditemukan karena meningkatnya imigran dariAsia Tenggara.
Walaupun masalah ini hamper menjadi teoritis sejarah, sekarang sekali lagi
dianggap merupakan hal yang sangat penting bagi dokter. Walaupun cara
penularan tuberkulosis yang lain terjadi
(seperti dari susu),cara penularan melalui paru-paru adalah yang tersering.
Tuberculosis disebabkan terutama oleh
basil tahan asam Mikobakterium tuberkulosis
yang menular melalui udara. Waspadalah mengenai kemungkinan infeksi ini,
bahkan pada pasien yang tidak menunjukkan gejala-gejala, diantara gravid yang
latarbelakang sosial ekonominya menunjukkan kemiskinan ,lingkungan yang padat,
dan perawatan medis yang buruk. Gejala karateristik dari tuberculosis paru-paru
adalah hemoptisis,nyeri dada, kelelahan,keringat malam, kehilangan berat badan,
pneumonia, dan debilitasi kronis. Dengan demikian, pemeriksaan yang menyeluruh
terhadap riwayat setiap anggota keluarga, riwayat medis, obstetric harus
dilakukan. Hal ini meyakinkan untuk mengetahui bahwa tidak terdapat efek
terhadap janin dari penyakit ini jika diobati secara dini dan efektif, maupun
juga kehamilannya tidak mempunyai efek terhadap penyakitnya maupun atau
efektivitas pengobatan.
Pemeriksaan fisik harus ditujukan kepada
status kardiopulmonal. Tes kulit tuberkulim (PPD) digunakan untuk pengawasan.
Pada kasus yang dicurigai tuberculosis, pemeriksaan sinar-X dada dengan
pelindung abdomen adalah diharuskan. Hal ini terutama diindikasikan pada tiap
pasien dengan tes kulit sebelumnya yang negative yang menunjukkan gejala
respirasi atau sistemik. Walaupun dosis radiasi terhadap janin dapat diabaikan,
tetapi beberapa ahli menganjurkan untuk menunda pemeriksaan tersebut sampai
setelah trimester pertama, tetapi penundaan tersebut tidak boleh dilakukan
mengingat mempunyai resiko yang serius dari penyakit tersebut. Lakukan
pengambilan contoh sputum yang
dikeluarkan pertama kali pada pagi hari selama tiga hari berturut-turut untuk
pemeriksaan kultur sputum dan apusan dengan pewarnaan tahan asam. Hal ini
memberikan diagnosis definif jika hasilnya positif. Gunakan saline hipertonik
aerosol untuk merangsang produksi sputum jika diperlukan. Kultur sputum adalah
positif pada sebagian besar pasien dengan penyakit yang aktif. Bronkoskopi
dilakukan bagi pasien yang diagnosisnya masih dipertanyakan. Tetapi,karena
kultur memerlukan waktu yang lama, pengobatan biasanya dimulai sebelum hasil
kultur diketahui.
Penatalaksanaan medis bagi pasien dengan
tuberculosis di modifikasi untuk mengatasi kemungkinan efek obat yang membahayakan
terhadap janin. Pada trimester pertama, dosis harian isoniazid, 300 mg, dengan
tambahan pyridoxine dan ethambutol, 15 mg per kilogram berat badan, adalah obat
yang terpilih. Monitorlah kadar SGOT untuk mendeteksi reaksi isoniazid dan,
dengan hentikan pengobatan, untuk menghindari hepatitis toksis. Dimulai pada
trimester kedua, rifampin 600 mg tiap hari, mengantikan ethambutol, walaupun
regimen tersebut mungkin terus digunakan
jika ditoleransi dengan baik. Karena kemungkinan ototoksisitas, streptomycin
harus dihindarkan pada kehamilan jika mungkin; penggunaannya dilakukan untuk
kasus yang paling tidak responsive. Pengobatan selama dua tahun biasanya
dianjurkan; periode yang lebih singkat biasanya kurang efektif.
Perawatan di rumah sakit dengan isolasi,
nutrisi yang baik, dan perawatan medis umum juga penting. Tundaan pengobatan
isoniazid profilasksis pada pasien dengan risiko tinggi, yang tes kulitnya
berubah tetapi belum dapat dideteksi adanya lesi tuberculosis atau kultur yang
positif, sampai setelah persalinan.
Penatalaksanaan obstetric yang optimal
didasarkan pada pertimbangan maternal atau janin. Berikan isolasi yang memadai
selama persalinan, kelahiran, dan periode pasca-persalinan. Plasenta harus
dikultur dan bayi diperiksa untuk adanya tuberculosis. Walaupun infeksi
transplasental jarang, bayi mempunyai risiko infeksi melalui pemaparan dengan
pernafasan dari ibunya yang mempunyai penyakit aktif. Untuk perlindungan
terhadap bayi yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit aktif, berikan baik
isoniazid maupun vaksinasi BCG.
KEPUSTAKAAN
American Thoracic society. Guidelines for
short course tuberculosis chemotherapy. Am Rev Resp Dis 121:611, 1980.
Charles D, Infections in Obstetrics and
Gynecology Philadelphia:WB,Saunders, 1980.
Niles RA. Puerperal
tuberculosis with death of an infant. Am J Obstet Gynecol 144:131, 1982.
Snider DE, Layde
PM,Johnson MW, Lyle MA. Treatment of tuberculosis during pregnancy. Am Rev Resp
Dis 122;65, 1980.
0 Response to "KEHAMILAN DENGAN TUBERKULOSIS "
Post a Comment